Kebaruan informasi itu bisa berupa upaya
untuk memahami secara lebih luas dan mendalam tentang situasi sosial, tetapi
juga ada keinginan untuk menghasilkan hipotesis atau ilmu baru dari situasi sosial
yang di teliti. Fokus yang sebenarnya dalam penelitian kualitatif di peroleh
setelah peneliti melakukan grand tour
observation dan grand tour question atau yang di sebut dengan penjelajahan
umun. Dari penjelajahan umum ini peneliti akan memperoleh gambaran umum
menyeluruh yang masih pada tahap permukaan tentang situasi sosial. Untuk dapat
memehami secara lebih luas dan mendalam, Maka di perlukan pemilihan fokus
penelitian.
Spradley dalam sanapiah faisal
(1988) mengemukakan empat alternatif untuk menetapkan fokus yaitu :
1.
Menetapkan
fokus pada permasalahan yang di sarankan oleh informan
2.
Menetapkan
fokus berdasarkan domain-domain tertentu organizing domain
3.
Menetapkan
fokus yang memiliki nilai temuan untuk pengembangan iptek
4.
Menetapkan
fokus berdasarkan permasalahan yang terkait dengan teori-teori yang telah ada.
Berdasarkan level of explanation, suatu gejala, maka secara umum terdapat tiga
bentuk rumusan masalah, yaitu rumusan masalah deskriptif, komparatif, Asosiatif
dan Komparatif assosiatif.
1. Rumusan
masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang memandu peneliti untuk
mengekslorasi dan atau memotret situasi sosial yang akan di teliti secara
menyeluruh, luas dan mendalam.
2. Rumusan
masalah komperatif adalah rumusan masalah yang memandu peneliti untuk
membandingkan antara konteks sosial atau domain satu di bandingkan dengan yang
lain.
3. Rumusan
masalah assosiatif atau hubungan adalah rumusan masalah yang memandu peneliti
untuk mengkonstruksi hubungan antara situasi social atau domain satu dengan
yang lainnya. Rumusan masalah assosiatif di bagi menjadi tiga yaitu, hubungan
simetris, kausal dan reciprocal atau
interaktif. Hubungan simetris adalah hubungan suatu gejala yang munculnya
bersamaan sehingga bukan merupakan hubungan sebab akibat atau interaktif. Hubungan
kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Selanjutnya hubungan reciprocal adalah hubungan yang saling
mempengaruhi. Dalam penelitian kualitatif hubungan yang di amati atau di
temukan adalah hubungan yang bersifat reciprocal
atau interaktif.
4. Rumusan
masalah komparatif-asosiatif adalah rumusan masalahyang memandu peneliti untuk
menemukan perbandingan hubungan atau pengaruh situasi sosial sastu dengan
situasi sosial yang lain pada tempat atau waktu yang berbeda.
Dalam
penelitian kuantitatif, ketiga rumusan masalah tersebut terkait dengan variable
penelitian, sehingga rumusan masalah peneleti sangat spesifik, dan akan
digunakan sebagai panduan bagi peneliti untuk menentukan landasan teori,
hipotesis, instrumen, dan teknik analisis data.
Dalam peneletian kualitatif seperti
yang teleh di kemukakan, rumusan masalah yang merupakan fokus penelitian masih
bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti masuk lapangan atau
situasi sosial tertentu. Namun demikian setiap peneliti baik peneliti kuantitatif
mau pun kualitatif harus membuat rumusan masalah. Pertanyaan penelitian
kualitatif di rumuskan dengan maksud untuk memahami gejala yang kompleks dalam
kaitannya dengan aspek-aspek lain (in
context). Peneliti yang meggunakan pendekatan kualitatif, pada tahap awal
penelitiannya, kemungkinan belum memiliki gambaran yang jelas tantang
aspek-aspek masalah yang akan ditelitinya. Ia akan mengembangkan fokus
penelitian sambil mengumpulkan data. Proses seperti ini di sebut “emergent desingn” (Loncoln dan Guba,
1985:102).
Dalam penelitian kualitatif,
pertanyaan penelitian tidak di rumuskan atas dasar definisi operasional dari
suatu variable penelitian. Pertanyaan penelitian kualitatif di rumuskan dengan
maksud untuk memahami gejala yang kompleks, intiraksi sosial yang terjadi, dan
kemungkinan di temukan hipotesis atau teori baru.
Berikut ini di berikan contoh
rumusan masalah dalam proposal penelitian kualitatif tentang suatu peristiwa.
1. Apakah
peristiwa yang terjadi dalam situasi social atau setting tertentu? (Rumusan
masalah deskriptif)
2. Apakah
makna peristiwa itu bagi orang-orang yang ada pada setting itu?(rumusan masalah
deskriptif)
3. Apakah
peristiwa itu di organisir dalam pola-pola organisasi social tertentu(rumusan
masalah assosiatif/hubungan yang akan menemukan pola organisasi dari suatu
kejadian )
4. Apakah
peristiwa itu di hubungkan dengan peristiwa lain dalam situasi social yang sama
atau situasi social yang lain (rumusan masalah assosiatif)
5. Apakah
peristiwa itu sama atau berbeda dengan peristuwa lain (rumusan masalah
komperatif)
6. Apakah
peristiwa itu merupakan peristiwa yang baru, yang belum ada sebelumnya?
(rumusan masalah komparatif)
7. Apakah
peristiwa itu berpengaruh lebih buruk terhadap iklim kerja organisasi bila
dibandingkan peristiwa bulan yang lalu? (rumusan masalah komparatif-asosiatif)
Contoh 2 Rumusan masalah tentang
kemiskinan
1. Bagaimanakah
gambaran rakyat miskin di situasi social atau setting tertentu? (rumusan
masalah deskriptif)
2. Apakah
makna miskin bagi mereka yang berada dalam situasi dalam social tersebut? (rumusan
masalah deskriptif)
3. Bagaimana
upaya masyarakat tersebut dalam mengatasi kebutuhan sehari-hari?
4. Bagaimanakah
pola terbentuknya mereka menjadi miskin ? (rumusan masalah assosiatif
reciprocal)
5. Apakah
pola terbentuknya kemiskinan antara satu keluarga dengan yang lain berbeda?
(masalah komperatif)
6. Apakah
pola baru yang menyebabkan rakyat menjadi miskin? (rumusan masalah assosiatif
reciprocal)
7. Apakah
pola terbentuknya kemiskinan di desa A berbeda dengan desa B? (rumusan masalah
komparatif-assosiatif reciprocal)
Contoh tiga Rumusan masalah tentang
manajemen
1. Apakah
pemahaman orang-orang yang ada dalam organisasi itu tentang arti dan makna
manajemen (masalah deskriptif)
2. Bagaimana
iklim kerja atau suasana kerja pada kerja pada organisasi tersebut? (masalah
deskriptif)
3. Bagaimana
pola perencanaan yang di gunakan dalam organisasi itu, baik perencanaan
strategis maupun taktis/tahunan (masalah deskriptif)
4. Bagaimanakah
model penempatan orang-orang yang menduduki posisi dalam organisasi itu
(masalah deskriptif)
5. Bagaimanakah
model koordinasi, kepemimpinan , dan supervise yang di jalankan dalam
organisasi itu? (masalah assosaiatif)
6. Bagaimanakah
pola penyusunan anggaran pendapatan dan belanja organisasi itu? (masalah
assosiatif)
7. Bagaimanakah
pola pengawasan dan pengendalian yang dilakukan dalam organisasi tersebut ?
(masalah deskriptif)
8. Apakah
kinerja organisasi tersebut berbeda dengan organisasi lain tang sejenis
(masalah komperetif)
9. Apakah
kemiskinan kepala desa di desa A lebih mampu meningkatkan partisipasi
masyarakat bila dibandingkan dengan kepemimpinan di desa B? (rumusan masalah
komparatif-asosiatif)
Judul dalam penelitian
kualitatif pada umumnya di susun berdasarkan masalah yang telah
ditetapkan.Dengan demikian judul penelitiannya harus sudah spesifik dan
mencerminkan permasalahan dan variabel yang akan di teliti, judul penelitian
kuantitatif digunakan sebagai pegangan peneliti untuk menetapkan variabel yang
akan di teliti, teori yang di gunakan, instrument penelitian yang dikembangkan,
teknik analisis data, serta kesimpulan.
Dalam penelitian kualitatif, karena
masalahyang dibawa oleh peneliti masih bersifat sementara , dan bersifat
(Menyeluruh),maka judul dalam penelitian kualitatif yang di rumuskan dal;am
proposal juga masih bersifat sementara,dan akan berkembang setelah memasuki
lapangan. Judul laporan penelitian kualitatif yang baik justru berubah, atau
mungkin dig anti. Judul penelitian kualitatif yang tidak berubah, berati
peneliti belum mampu menjelajah secara mendalam terhadap situasi social yang di
telitih sehingga belum mampu mengembangkan pemahaman yang luas dan mendalam
terhadap situasi social yang di teliti (situasi social= obyek yang di teliti).
Judul
penelitian kualitatif tentu saja tidak harus mencerminkan permasalahan dan
variabel yang di teliti, tetapi lebih pada usaha untuk mengungkapkan fenomena
dalam situasi social secara luas dan mendalam,serta mengemukakan hipotesis dan
teoti. Berikut ini di berikan beberapa contoh judul penelitian kualitatif.
1.
Pengembangkan model Perencanaan yang
efektif, di eropa otonomi Daerah.
2.
Organisasi Pemerintahan yang Efektif dan
Efesien pada Era Otonomi Daerah
3.
Membangun Iklim Kerja yang Kondusif.
4.
Pengembangan Kepemimpinan Berbasis
Budaya.
5.
Pengembangan Sistem Pengawasan Efektif
6.
Makna Menjadi Pegawai Negri Sipil bagi
Masyarakat
7.
Makna Pembangunan Bagi Masyarakat Miskin
8.
Pengembangan Body language yang menarik Bagi Konsumen Masyarakat Yogyakarta
9.
Strategi Hidup Masyarakat yang Tanah dan
Rumahnya Tergusur
10. Manajemen
keluarga Petani dalam Menyekolahkan Anak-anaknya
11. Model
Belajar anak yang berprestasi
12. Profil
Guru yang Efektif Mendidik Anak
13. Makna
Upacara-upacara Tradisional Bagi Masyarakat Tertentu
14. Pola
Perkembangan Karir bagi Orang-orang
Sukses
15. Makna
Gotongroyong Bgi Masyarakat Modern
16. Mengapa
SDM masyarakat Indonesia Tidak Berkualitas?
17. Mengapa
Korupsi sulit Diberantas di Indonesia?
18. Menelusuri
Pola Supply and Demand Narkoba
19. Makna
Sakit Bagi Pasien
20. Pola
Manajemen Pedagang yang Di duga punya’Pesugihan”
21. Pengembangan
Model Pendidikan Berbasis Produksi
22. Mengapa
Para Pemimpin Indonesia Gagal Membangun Bangsa
23. Mengadili
Koruptir dengan Pendekatan Ilmiah
24. Kesejahteraan
Menurut Orang Miskin
25. Model
Pengembangan SDM Bngsa dalan Upaya Mencapai Keunggulan Komperatif
Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh
karena itu semua peneliti harus berbekal teori. Dalam penelitian kuantitatif,
teori yang di gunakan harus sudah jelas, karena teori disini akan berfungsi
untuk memperjelas masalah yang diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan
hipotesi, dan sebagai referensi untuk menyusun instrument penelitian. Oleh
karena itu landasan teori dalam proposal penelitian kuantitatif harus sudah
jelas teori apa yang akan dipakai.
Dalam penelitian kualitatif, karena
permasalahan yang dibawa oleh peneliti masih bersifat sementara, maka teori
yang digunakan dalam penyusunan proposal peneliti kualitatif juga masih
bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti mamasuki lapangan atau
konteks sosial. Dalam kaitannya dengan teori, kalau dalam penelitian kuantitatif
itu bersifat menguji hipotesis atau teori, sedangkan dalam penelitian
kualitatif bersifat menemukan teori.
Teori
dalam penelitian kualitatif sering disebut teori lensa (lens theory) atau teori perspektif. Dalam hal ini Creswell (2009)
menyatakan :
“Theoretical lens or perspective in qualitative
research : provides an overall orienting lens that used to study question of
gender class, and race (or other issues of marginalized group). This lens
becomes n advocacy perspective that shapes the types of questions asked, informs
how data are collected and analyzed, and provide a call for action or change”.
Berdasarkan kutipan di atas, dapat dikemukakan di
sini bahwa, teori dalam penelitian kualitatif yang digunakan adalah teori lensa
atau teori perspektif. Teori berfungsi membantu peneliti untuk membuat berbagai
pertanyaan penelitian, memandu bagaimana mengumpulkan data dan analisis data.
Kalau dalam penelitian kualitatif teori berfungsi untuk memandu peneliti dalam
bertanya, mengumpulkan data dan analisis data.
Dalam penelitian kuantitatif jumlah teori yang digunakan sesuai dengan
jumlah variabel yang diteliti, sedangkan
dalam penelitian kualitatif yang bersifat holistik, jumlah teori yang harus
dimiliki oleh penelitian kualitatif jauh lebih banyak karena harus disesuaikan
dengan fenomena yang berkembang di lapangan. Peneliti kualitatif akan lebih
profesional kalau menguasai semua teori sehingga wawasannya akan manjadi lebih
luas, dan dapat menjadi instrument penelitian yang baik. Teori bagi penelitian
kualitatif akan berfungsi sebangai bekal
untuk bisa memahami konteks sosial secara lebih luas dan mendalam. Walaupun
peneliti kulitatif dituntut untuk mengguasai teori yang luas dan mendalam,
namun dalam menglaksanakan penelitian kualitatif, peneliti kualitatif harus
mampu melaksanakan teori yang di miliki tersebut dan tidak digunakan sebagai
panduan untuk wawancara, dan observasi. Peneliti kualitatif di tuntut dapat
menggali data berdasarkan apa yang diucapkan, dirasakan, dilakukan oleh
partisipan atau sumber data. Peneliti kualitatif harus bersifat “perspektif emic” artinya memperoleh data
bukan “sebagaimana seharusnya”, bukan berdasarkan apa yang dipikirkan oleh
peneliti, tetapi berdasarkan sebagaimana adanya yang terjadi dilapangan, yang
di alami, di rasakan, dan dipikirkan oleh partisipan/sumber data.
Oleh karena itu, peneliti
kualitatif jauh lebih sulit dati penelitian kuantitatif, karena peneliti
kualitatif harus berbekal teori yang luas sehingga mampu menjadi “human instrument“ yang baik. Dalam hal
ini Bong and Gall 1988 menyatakan bahwa “Qualitative
research is much more difficult to do well than quantitative research because
the data collected are usually subjective and the main measurement tool for
collcting data is the investigator himself”. Peneliti kualitatif lebih
sulit bili dibandingkan dengan penelitian kuantitatif, karena data yang
terkumpul bersifat subjektif dan instrument sebagai alat pengumpul data adalah
peneliti itu sendiri.
Untuk
dapat menjadi instrument penelitian yang baik, peneliti kualitatif di tuntut
untuk memiliki wawasan yang luas, baik wawasan teoritis maupun wawasan yang terkait
dengan konteks sosial yang di teliti yang berupa niai, budaya, keyakinan, hukum,
adat istiadat yang terjadi dan berkembang pada konteks sosial tersebut. Bili
peneliti tidak memiliki wawasan yang luas, maka peneliti akan sulit membuka
pertanyaan kepada sumber data, sulit memehami apa yang terjadi, tidak akan
dapat melakukan analisis secara induktif terhadap data yang di peroleh. Sebagai
contoh seseorang peneliti bidang manajemen akan merasa sulit untuk mendapatkan
data tentang kesehatan, karena untuk bertanya pada bidang kesehatan saja akan
mengalami kesulitan. Demikian juga peneliti yang berlatar belakang pendidikan,
akan sulit untuk bertanya dan memahami bidang antropologi.
Peneliti kualitatif di tuntut mampu
mengorganisasikan semua teori yang di baca. Landasan teori yang di tuliskan
dalam proposal penelitian lebih berfungsi untuk menunjukan seberapa jauh
peneliti memiliki teori dan memahami permasalahan yang diteliti walaupun masih
permasalahan tersebut bersifat sementara itu. Oleh karena itu landasan teori
yang di kemukakan tidak merupakan harga mati, tetapi bersifat sementara.
Peneliti kualitatif justru di tuntut untuk melakukan grounded research, yaitu menemukan teori berdasarkan data yang di
peroleh di lapangan atau situasi sosial.